Mengenang Alex Kumara, Bapak Pertelevisian Indonesia

Mengenang Alex Kumara, Bapak Pertelevisian IndonesiaFoto: ilham bintang
Jakarta - Seorang sahabat telah berpulang ke Rahmatullah. Alex Kumara, salah seorang tokoh pertelevisian Indonesia mengembuskan napas terakhir, Kamis (24/11) pukul 09.22 WIB, di rumahnya akibat penyakit yang dia derita.

Saya bersahabat dengan Alex Kumara lebih seperempat abad. Dialah yang pertama kali membukakan saya jalan membuat program televisi di RCTI. Bukan hanya membuka jalan, tetapi juga mengajari banyak hal dan membimbing saya lebih mendalam memahami dunia pertelevisian. Ia memang ahlinya. Sejatinya dia memang orang yang tepat untuk tempat belajar karena tak pernah jemu dan pelit membagi ilmu. Saya merasa amat beruntung.

Program pertama saya di RCTI adalah "Kampanye Film Nasional" yang disiarkan live pada awal 90-an. Kebetulan waktu itu (1986-1992) saya kepala humas Festival Film Indonesia (FFI). Sekitar 15 film pilihan FFI diulas setiap malam di stasiun televisi swasta pertama di Indonesia itu, dengan menampilkan sutradara dan artis pendukungnya sebagai narasumber.

Alex Kumara kemudian diangkat oleh Menteri Penerangan sebagai Ketua Festival Sinetron Indonesia (FSI) pada 1994. Saya juga diangkat menjadi Kepala Humas FSI. Lalu Alex memberi saya jalan untuk membuat program hiburan berdurasi setengah jam, yaitu "Buletin Sinetron" tahun itu juga.

Acara informasi mengenai dunia sinetron itu tayang sekali seminggu. Saya mengerjakan program itu bekerja sama dengan almarhum Kasino 'Warkop' yang kebetulan lebih dulu punya rumah produksi. Yang jadi host Shannaz Haque dan Krisna Mukti (sekarang anggota DPR).

Sukses dengan acara itu, Alex Kumara kembali membuka jalan untuk saya membuat program informasi hiburan Cek & Ricek yang mulai tayang 1 Agustus 1997. Baru tayang dua pekan acara itu langsung mendapat sambutan luas pemirsa di seluruh Indonesia. Sambutan itu mengapresiasi lahirnya tonggak baru dunia jurnalistik; jurnalisme infotainment atau jurnalisme alternatif. Populer dengan nama infotainment.

Penamaan "infotainment" untuk program tersebut dan sejenisnya adalah ciptaan spontan Alex Kumara. Itu dilakukan demi menghindari larangan bagi rumah produksi membuat berita di televisi. Sekaligus, menjadi nama jualan kepada pemasang iklan, sampai sekarang.

Ada kisah menarik dari kelahiran Cek & Ricek ini. Pak Alex awalnya mengusulkan agar saya membuat acara gosip show, semacam E! Entertainment di Amerika. Saya menyanggupi kontennya sekitar kehidupan artis, namun saya menolak namanya disebut gosip show atau acara gosip.

Dia tertawa ketika saya kemukakan alasan menolak membuat acara gosip show. Saya bilang, saya ini wartawan, pengurus PWI, dan anggota Lembaga Sensor Film pula. Saya berargumentasi gosip itu berita bohong, dan wartawan haram membuat berita bohong. Tapi saya sanggupi membuat berita tentang artis atau dunia selebriti yang menarik untuk ditonton pemirsa RCTI tanpa gosip. Pak Alex tersenyum dan menjabat tangan saya tanda setuju.

Sosok sederhana, kalem, selalu bertutur kata lembut, gudang ilmu dunia broadcast. Kapan saja saat saya mengalami problem dengan berbagai peralatan di kantor saya kontak Pak Alex. Ayah dua putera ini bahkan pernah datang tengah malam ke kantor untuk mengecek tingkat kekedapan studio baru kami.

Suatu kali, kira-kira awal tahun, ketika ke kantor, dia sempat cerita menderita kelainan darah. Secara berkala darah harus dikeluarkan dari tubuhnya. Ia memang tampak agak kurus dari biasanya. Tapi dia tak terlalu mendalam menceritakan penyakitnya.

Saya terakhir bertemu dan ngobrol panjang sampai tengah malam dengan Pak Alex, 24 Agustus dalam acara HUT SCTV. Ngobrolnya mulai dari industri televisi yang amat dikuasainya sampai soal politik. Diseling dengan cerita humornya yang membuat kami terbahak-bahak. Tidak tampak almarhum mengidap sesuatu penyakit yang serius.

Tiga bulan setelah pertemuan itu, Alex Kumara telah tiada. Dunia televisi jelas kehilangan besar dengan kepergian Pak Alex yang amat mendadak. Bulan lalu saya memang mendapat kabar Pak Alex dirawat di rumah sakit. Saya tidak tahu persis sakit apa yang dia derita. Yang pasti beliau tidak boleh dibesuk.

Alex Kumara lahir di Jakarta 21 September 1950. Almarhum mengawali karier sebagai teknisi radio. Di tahun 1980 reputasinya sebagai teknisi sudah terkenal di Jakarta. Debutnya di televisi dimulai dengan membidani kelahiran RCTI. Ia juga ikut membidani kelahiran Trans TV, TV One, dan juga pernah menjadi direksi di SCTV, antv, dan Kompas TV. Pria santun dan lembut dalam tutur kata itu meninggalkan seorang istri, Lina Kumara dan dua anak, Arini Chrisanti Kumara ( 33) dan Adri Andika Kumara (23).

(mmu/mmu)

Related Posts :

0 Response to "Mengenang Alex Kumara, Bapak Pertelevisian Indonesia"

Posting Komentar